Cari Blog Ini

Kamis, 18 November 2010

Elegi Biru Tentang Bangsaku

Elegi Biru Tentang Bangsaku
oleh Anggie D. Widowati

Anak-anak kecil berbaju compang-camping
membawa karung besar di punggungnya
memunguti kasrdus-kardus bekas di sampah-sampah
...kenapa kamu tidak sekolah nak ?
harusnya kau berdiri di depan kelas, mengerjakan soal-soal di papan tulis dengan gagahnya
mengenakan sepatu hitam keren, dengan kaus kaki berwarna putih bersih
berseragam merah hati, dan menenteng buku-buku bergambar yang bagus
lalu kamu jajan di depan sekolah dan
menggenggam makanan di kedua tanganmu
kau memakannya dengan rakus


Anak muda duduk-duduk di gardu ronda
memainkan game dari HP jelek tanpa pulsa
tanpa uang di kantong, tanpa setitik harapan
membayangkan ijazah sarjana menjadi usang dalam kemari kaca
...kenapa kamu di situ nak ?
Harusnya kamu berdasi dan bekerja di kantor
bercanda-canda dan saling menyemangati dengan tegur sapa
sepatumu bagus dengan celana halus disetrika
menenteng laptop, dan menelurkan ide-ide dan karya
tetapi kamu sadar bahwa kamu hanya pengangguran
ijasah tak berguna, mencari kerja uang yang bicara

gadis remaja berdandan menor
berkeliaran di tengah malam dengan baju seksinya
...kenapa kamu di situ nak ?
apakah kamu sudah belajar untuk esok hari
apakah tak ada rumah yang nyaman untuk hidupmu
mengapa kamu menjadi pelacur dan terus menjual diri
perempuan muda itu tak menjawab,
ingat keluarga di desa hampir kehabisan nafas
karena perutnya telah kosong berhari-hari
kalau keluarganya tercukupi,
tentu dia tak perlu kesakitan di pelukan laki-laki hidung belang ini

Laki -laki berjaket duduk di jok sepeda motornya
menunggu diperempatan jalan sampil menahan lapar
...apa yang kamu pikirkan pak ?
Anaknya sakit, belum beli obatnya
biaya pengobatan mahal sementara dia menganggur karena phk
menjadi tukang ojek, hanya menghasilkan sedkit uang
dan tak tahu kapan akan membawa anaknya ke dokter
iatrinya di rumah menunggu beras
sudah dua hari tak boleh lagi mengutang di warung sebelah
sebab masih ada tumpukan utang sebelumnya

Laki-laki pongah berjalan seperti raja
dengan baju mewah, gemerincing emas permata
...siapa dirimu pak ?
tangan keras bagai baja itu, yang telah merobek leher setiap musuhnya
mata liar penuh nanah, menerobos setiap hati menghancurkan apa saja
lobi sana lobi sini, mencari peluang
untuk bisa merampok uang negara
agar bisa menghidupi beberapa perempuan
dan bisa membeli beberapa mobil mewah,
serta beberapa rumah di komplek papan atas

Satu kekuatan telah mengalahkan yang lainnya
kuku-kuku tajam angkara murka
menindas yang lemah dan tak bertenaga
Mengambil haknya, dan menabrak keadilan

Bangsa ini telah dijajah oleh saudaranya sendiri
si tukang korupsi meraja lela membuat kerusakan
si miskin bertarung dengan kelaparan dan kedukaan
keadilan telah diperjual belikan
yang beruang, yang berkuasa
yang beruang, yang bisa melakukan apa saja

hari-hari menyedihkan, panjang dan berdebu
wajah bangsaku carut-marut penuh luka
sampai kapan keadilan di tegakkan
sampai kapan mereka yang tertindas mendapatkan keadilan

hanya Tuhan yang tahu
hanya Tuhan yang akan memberi pembalasan
Tuhan ampunilah bangsaku ini

Jakarta 19 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar